Senin, 27 Juni 2016

does he love me?



Does he love me?
Mely ang ~
Awal pertemuan kita lewat teman-teman yang mengajak ku berkumpul bersama yang membuat aku merasa bahagia. Awalnya tidak begitu akrab denganmu bahkan aku merasa minder karena aku tau dirimu sangat luar biasa, dan aku merasa tidak pantas jika bisa dekat denganmu. Yaa, kami hanya sebatas teman biasa, tidak lebih dari itu.
            Pertemuan kedua, mata ini begitu sangat tertuju hanya pada dirinya. Seorang laki-laki berparas tampan dengan alis tebal dan kesederhanaan nya membuat aku terus melihatnya bahkan mencuri-curi pandangan agar dia tidak tahu bahwa aku melihatnya.
            Hanya sekedar suka, tidak lebih. Betapa banyak saingan wanita yang mendekatimu yang lebih cantik dariku. Aku tidak menganggap rendah diriku karena aku meyakini bahwa aku  punya apa yang kalian tidak punya wahai wanita yang mendekati pria yang selalu aku lihat dan kagumi.
            Waktu terus berjalan, aku tak menyangka aku bisa dekat dengan laki-laki itu, pertemanan ku dengannya semakin dekat hingga sampai pada puncak perasaan level paling atas yang aku rasakan saat itu juga. Seolah-olah aku ingin menjadi yang ia prioritaskan, yang ia kagumi dan ia dambakan. Walaupun aku tahu itu sangat mustahil.
            Beberapa hari kedepan masih saja terus memikirkan lelaki itu, selalu mengingat wajahnya ketika membuka social media lewat smartphoneku. Selalu memerhatikan nya lewat dunia maya. Begitu lucu saat diperhatikan karena diriku yang selalu ingin tahu apa yang dilakukannya. Karena ia tidak begitu sering mengirim pesan text kepadaku. Aku tidak mengerti kenapa ia begitu tidak nyaman dengan tahap PDKT.
            Hati ini hampir goyah pada saat aku melihat nama seorang perempuan yang tercantum rapi dengan huruf yang sangat menyakitkan tertera di salah satu media sosial yang ia pakai. Hati ini menangis, rapuh, gugur, tapi bibir ini tersenyum, mata ini gembira, wajah ini penuh bahagia.
            Aku sedikit tidak bisa percaya akan hal ini, aku pikir kedekatan kita membuat dirimu nyaman dan mencintaiku setulus rasa ini. Harapan yang sangat besar itu tiba-tiba jatuh, yang awalnya ia berdiri tegak ditingkat awan kini jatuh terhempas sampai kedasar tanah. Hati ini selalu bertanya siapa nama itu gerangan? Aku cukup tidak yakin bahwa nama yang tertera itu adalah kekasih dari laki-laki yang aku cintai.
           

Hari demi hari aku mengetahui siapakah sebenarnya dibalik nama yang tertera di media sosial nya. Aku cukup senang mendengar kabar bahwa sebenarnya nama itu bukanlah nama kekasihnya, dan ia membuktikannya kepadaku. Aku terlalu membawa perasaan ku kepadanya, aku semakin ingin menjadi miliknya saat ia masih mengingatku dan mau menjelaskan siapa nama yang tertera itu.
            Rasa ini semakin kuat untuk mencintainya, hati ini semakin semangat mencari perhatian darinya, namun juga semakin semangat untuk berharap kepadanya. Aku tidak  ingin berharap padanya tapi ia selalu saja membuat ku berharap akan tingkah laku dan gerak-geriknya terhadapku. What should i do?.
            Tetapi sampai sekarang aku masih saja memikirkan dirinya, selalu saja mengingat hal baik yang ia lakukan terhadapku, selalu dan selalu saja dirinya terngiang disela-sela fikiranku. Apa rasa yang seperti ini harus kutunggu sampai ia mneyatakannya? Apa aku harus terlebih dul mengunggkapkannya? Atau siapa yang harus memulai, siapa?.
            Terkadang ia tidak memahamiku bahkan ia bisa marah kepadaku, terkadang ia memberiku harapan dan memperlakukan baik diriku, terkadang aku diperlakukan seperti pasangannya, aku menerima semua perlakuannya, aku tidak pernah menyerah akan sikap dan sifat nya yang menurutku tidak baik, aku akan menerimanya dengan penuh ikhlas.
            Sifatnya yang selalu berubah tidak sama sekali membuat ku ragu akan cintaku yang aku fikir akan bersatu bahkan bersama dengan cintanya. Sepertinya aku mengira ia menyukaiku dan aku menyukainya, tapi mengapa kita sama-sama saling tidak bisa memberi signal bahwa cinta itu ada pada dalam diri kita?.
            Sebuah pertanyaan besar terbesit dalam fikiran dan benakku. Apakah ia mencintaiku? Melalui sikap dan sifatnnya yang terkadang mebuat ku nyaman itu mengatakan bahwa ia tertarik padaku. Tapi aku masih bertanya, apakah ia mencintaiku? Does he love me?.

           
            nb: cerita ini tidak terperinci, mungkin pembaca tidak terlalu paham, jika tidak begitu jelas silahkan baca berulang kali, share dan terimakasih J