Selasa, 27 September 2016

ter-untuk "kamu", tingkat yang lebih tinggi dari "aku" : HI SENIOR :)



HI SENIOR :)
Ingin mengenal dengan obrolan. Sebatas “permisi kak”, jawab saja dengan senyum aku sudah merasa kita berinteraksi layaknya sudah saling kenal walaupun menurut orang “permisi kak” adalah belum tentu kaka tingkat tahu dengan adik tingkat yang menyapa.
Pergi ke kampus dengan semangat, walaupun mata kuliah yang begitu ingin diajuhi. Hanya karena seorang penyemangat, hadir dikampus menjadi 100+%. Ada kala satu hari dimana tidak melihat raga dirimu wahai penyemangat. Yang biasa terlihat mondar-mandir melewati sudut demi sudut kampus, waktu itu tidak nampak batang hidung nya.
Apa boleh mengatakan rindu? Atau aku sedang merindukan?. Padahal kaka tingkat yang berada disana tidak tahu dan tidak perduli karena hanya menganggapku sebatas senior dan junior. Sempat berfikir, karena hanya sebatas senior junior, apa salahnya junior berkenalan baik dengan senior?.
Memberanikan diri meminta tanda tangan nya untuk kolom pertama. Nama lengkap, NIM, Program Studi, dan tanda tangannya berada dikolom paling atas. Dimana yang paling atas adalah nomor 1. Aku seperti menomor satukan dirinya si kakak kelas yang tidak tahu-tahu.
Tuhan, tunjukkan apa sebenarnya tujuan diriku mengambil pendidikan yang lebih tinggi disini?. Selalu saja melihat laki-laki yang membuat hari-hari semangat luar biasa, tapi tiba-tiba down sangat luar biasa. Menyukai kakak tingkat sama saja menyukai orang tunanetra.
Double Bracket: “Menyukai kakak tidak didengar. Aku seperti berjuang sendiri.
walaupun perjuangan ini  cukup konyol”
Menyapa dengan kalimat riang sebagai juniornya, hanya dibalas dengan bibir yang melebar 6cm. Memanggil namanya dengan suaraku yang keras maupun lembut, hanya didengar dengan dua pasang telinga yang dikait dengan tali masker, dan lagi-lagi melakukan pelebaran 6cm pada bagian bibir.

Pribadi senang bisa mendapat penyemangat agar hari-hari ku menjalani studi kuliah menjadi 100+% bahagia. Tapi kakak itu tidak tahu, bahwa aku? Walaupun tidak begitu kenal dengan kakak, tapi aku pernah merasakan layaknya orang yang sedang kehilangan.
Kak, percayalah. Kami juniormu hanya ingin kenal dengan kalian. Ingin bercanda, dan memperlihatkan cara kami juniormu tertawa. Dan ingin melihat cara kalian para senior tertawa. Apa yang membuat kami seorang junior menjadi nyaman kuliah dikampus yang kami pilih? Kami nyaman jika kami akrab dengan kalian.
Tapi bagaimana jika junior punya rasa peduli, dan tiba-tiba membawa perasaan takut dan ingin menjadi seseorang yang kamu hafal namanya?. Bisakah aku berdoa walaupun tidak mungkin?. Bisakah aku menjadi setara denganmu?. Bisakah kita berbicara tanpa ada batasan seorang senior dan junior?.
Sungguh aku benar-benar tidak tahu. ini jatuh cinta atau sekedar mengagumi. Aku memang junior, dan mempunyai kesadaran bahwa senior tetaplah senior. Tidak ada sangkut paut percintaan dengan junior. Memang ada diantara mereka, tapi lagi-lagi sadar bahwa aku tidak merasakan adanya kepantasan dari aku dan diri kakak.
Kak, aku tidak bisa menjadi diri siapa yang kakak inginkan. Aku tidak tahu apa yang kakak pikirkan setelah melihat dan mendengar sapaan ku setiap kali bertemu. Apa kakak risih?. Aku bisa menghentikannya jika aku tahu. Kak, bisakah aku mendapat tulisan dari jemari kakak lewat internet tanpa harus membicarakan hal yang penting?. Tidak wajar, tapi aku ingin.
Untuk terakhir kalinya, jangan sampai setelah wisuda aku tidak melihat kakak lagi. Sejujur-jujurnya kakak lah alasan aku pergi kuliah. Ingin sekali melihat kakak sebelum pergi kuliah, dan melihat kakak terakhir kalinya setelah pulang kuliah. Maksudnya bisakah aku hanya melihat kakak saja? tidak dengan kakak tingkat yang lain.

Seorang junior yang menyukai seniornya
adalah suatu bahkan menjadi tradisi setiap sekolah bahkan kampus.
Wajar dan sangat sering ditemui jika hanya sebatas mengagumi.
Tapi apa yang telah aku perbuat?
Apa yang telah aku rasakan?
Mengapa kali ini bukan karena fisik, melainkan karena hobi kakak.
Kak, aku seorang junior menyukaimu
Walaupun aku sangat malu, karena kakak penyemangat belajarku.


real story:1 Year with FIBROADENOMA MAMMAE



1 Year with FIBROADENOMA MAMMAE
Real story from Mely Ang :)
PART I
Bercerita tentang apa yang saya lakukan.
Saat saya mengalami apa yang saya derita.
Bercerita secara detail apa yang saya rasakan.
Silahkan dibaca baik-baik.
Pengalaman pertama saya dirawat inap di Rumah Sakit.
Dengan penyakit yang menurut saya, jika dialami diusia remaja, itu sangat mengerikan.
Terimakasih sudah membaca, saya harap menunggu part II.

Sudah satu tahun saya mengidap penyakit yang jika di biarkan akan berbahaya. Awalnya tidak sama sekali tahu dan merasakan tanda-tanda nya, tapi lama kemudian perasaan yang mulai tidak enak dan luntang-lantung ini membawa saya tidak menyepelekan hal yang seserius ini.
          Payudara saya terdapat benjolan disebelah kanan sebesar 1,5 cm saat pemeriksaan tanggal 05-08-2015. Sebelum tanggal tersebut saya sudah merasakan hal aneh pada payudara saya. Nyeri yang tidak wajar itu selalu timbul kapan pun ia mau, tidak selayaknya seperti nyeri ketika masa haid. Nyeri yang saya rasakan di payudara saya bisa terjadi kapan saja.
          Jujur, awalnya saya menyepelekan hal tersebut. Saat payudara saya terdapat rasa nyeri saya selalu menganggap itu wajar, mungkin membesar atau mengencang dan itu benar-benar wajar. Tapi lama kemudia, mungkin saya yang terlalu over menanggapi hal ini, saya berfikir bahwa apakah ini tanda-tanda kanker payudara. Karena yang saya tahu, payudara identik dengan penyakit yang disebut dengan kanker.
          Dengan berani saya browsing dan mendiagnosa penyakit saya sendiri. searching di internet dengan kata kunci “penyebab payudara nyeri”. Begitu banyak hasil yang dikeluarkan oleh internet ini. Saya baca satu situs dimana ia menjelaskan tentang payudara. Awalnya dijelaskan, bahwa rasa nyeri dipayudara itu sangatlah wajar dan bisa saja itu pertanda datangnya masa haid. Saya lega membaca kutipan dari situs tersebut.
Lalu saya membaca situs lain. disana tertulis bahwa rasa nyeri adalah tanda-tanda kanker payudara. Lalu juga ada yang menjelaskan bahwa rasa nyeri adalah tanda-tanda tumbuhnya tumor. Situs itu juga menyebutkan ciri-ciri kanker dan tumor payudara. Salah satu yang paling umum adalah tumbuhnya benjolan pada payudara.
          Saya terus bermain dengan internet dan mendiagnosa penyakit saya sendiri, dengan rasa khawatir dan ketakutan yang luar biasa. Akhirnya saya menemukan situs yang menjelaskan bagaimana memeriksa payudara, apakah terdapat benjolan apa tidak? Lalu saya lakukan setelah mandi. Ternyata saya menemukan sebuah benjolan kecil di payudara sebelah kanan saya. Benjolan itu terdapat didalam. Dan lagi-lagi, saya menyepelekan hal ini. Saya tidak tahu apa tujuan yang saya harus buat? Saya khawatir dan ketakutan tetapi malah menyepelekan hal yang seserius ini.
           “Terkadang menangis, apakah aku akan hidup lama? Aku tidak ingin meninggalkan dunia ini lebih cepat. Aku masih ingin sukses dengan profesi yang aku tekuni dan membuat orangtuaku bangga.”
          Pertama kali cek up ke dokter umum tidak jauh dari rumah saya, saat itu akhir-akhir saya menyelesaikan PKL tugas sekolah di butik. Sepulang PKL saya meminta Ayah saya membawa saya ke dokter. Sampai di dokter, dokter memeriksa payudara saya dan mendiagnosa penyakit saya dihadapan saya dan Ayah saya. Dokter perempuan itu mengatakan bahwa saya memiliki tumor di payudara sebelah kanan. Setelah mengetahui penyakit yang saya derita, saya diberi obat anti nyeri dan penambah darah oleh dokter perempuan tadi.
          Belum puas dengan hasil dokter pertama, saya dibawa oleh tante saya ke dokter laki-laki, tante bilang dokter yang satu ini sangat ahli dan ampuh. Siang hari tante membuat janji dengan saya untuk pergi ke dokter. Saya mengirimkan surat izin kepada guru pembimbing di tempat PKL saya.
          Sampai di dokter, mendaftar dan menunggu antrian akhirnya saya masuk kedalam ruangan dokter itu dan konsultasi penyakit yang saya derita. Lalu dokter memeriksa payudara saya. Kata dokter laki-laki tersebut ini memang tumor payudara, besarnya melebihi 1cm. Lalu dokter merekomendasikan saya ke laboratorium untuk tahu lebih jelas tentang benjolan yang terdapat di payudara saya. Dokter tersebut memberikan semacam surat rujukan (mungkin) kepada dokter yang akan menganalisa benjolan saya.
          Lanjut, saya dan tante saya bergegas ke klinik tersebut untuk mengetahui lebih jelas benjolan yang saya miliki. Dengan membawa surat dari dokter kedua yang sebelumnya saya konsultasi. Lama menunggu dokter ketiga di klinik, karena dokter belum datang. Saya mendaftar dan cek ulang persyaratan yang harus di bawa berulang kali sampai menunggu dokter datang.
          Tak lama, dokter dikabarkan datang. Saya langsung dibawa ke ruangan dokter tersebut. Didalam sana saya menceritakan semua tentang penyakit saya kepada dokter ketiga saya. Lalu dokter tersebut menyuruh saya berbaring untuk mengambil cairan benjolan yang ada didalam payudara saya. Saya begitu kaget melihat suntikan yang sangat besar, itu bukan suntikan yang kecil, tapi besar sekali. Dokter menyuntik payudara saya dan mengambil cairannya. Setelah selesai, cairan tersebut dibawa ke laboratorium klinik tersebut.
          Lumayan lama tante dan saya menunggu hasil lab tersebut, saya mulai layu seperti mau pingsan diruang tunggu karena saya ketakutan. Saya berbaring diruang tunggu sembari menunggu hasil lab itu datang. Dan tak lama hasil lab dikabarkan sudah selesai, tak sabar melihat hasilnya. Lalu dokter ketiga memberikan selembar kertas hasil lab tersebut dan kami melunasi administrasi.
          Lalu saya kembali ke dokter kedua yang merekomendasikan saya ke dokter ketiga dengan membawa hasil lab yang sudah diperiksa dokter ketiga. Lalu dokter tersebut menjelaskan bahwa tumor yang ada di payudara sebelah kanan saya tidak ganas, tetapi ditahun-tahun berikut nya jangan sepelekan benjolan ini, karena sewaktu-waktu benjolan ini bisa ditemukan keganasan. Dokter memberi pilihan, tumor ini ingin diangkat atau tidak, karena memang saat ini tumor itu masih jinak. Doter bilang saya bisa kapan saja mengangkat benjolan ini, entah tahun ini, tahun depan, atau depannya lagi. Asalkan saya siap dan tumor ini masi dikatakan jinak. Tapi dokter tidak tahu ditahun kapan tumor ini bisa menjadi ganas.
          berbulan-bulan saya masi hidup dengan tumor jinak di payudara kanan saya, sampai pada akhirnya saya siap dan berani melakukan operasi. Pertama-tama ditahun 2016 Ayah saya mengurus BPJS dan Asuransi untuk meringankan beban administrasi untuk operasi saya nanti.
          Agak lama, akhirnya saya mendapatkan dokter BPJS yang akan merujuk saya ke Rumah sakit untuk dibedah. Untuk pertama kalinya saya pergi ke dokter BPJS tersebut, bertemu langsung dan membicarakan tentang operasi saya. Tapi saya rasa ini adalah kendala dan saya benar-benar emosi untuk konsultasi pada dokter yang satu ini. Entah kenapa, setiap kali saya pergi ke dokter, semua dokter yang saya percaya untuk mengobati saya terlihat ramah, tapi untuk dokter BPJS yang satu ini bukannya tidak ramah, tapi saya merasa tidak cocok saja bercerita masalah penyakit saya kepada dokter tersebut.
          Pertama kali ke dokter BPJS saya tidak diberi rujukan ke rumah sakit, padahal saya sudah matang ingin melakukan operasi, dan keadaan saat itu selagi saya sedang libur sekolah. tidak tahu kenapa, dokter BPJS tersebut berkata untuk menunggu tumor sampai membesar lalu melakukan operasi. Karena dokter tersebut bilang kalau tumor nya masih kecil, dokter bedah akan kesulitan dan takut nya salah mengambil, yang mana tumor dan yang mana isi payudara didalamnya, ia katakan sulit membedakan.
          Baiklah, kunjungan pertama ke dokter BPJS cukup menegangkan, dan yang awal tujuannya ingin meminta surat rujukan ke rumah sakit malah tidak dapat. Akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk mengikuti saran dokter BPJS, untuk menunggu sampai tumor membesar.
          Lagi-lagi saya menjalani aktivitas sehari-hari dengan si tumor jinak yang menempel di payudara kanan saya. Saat itu saya kelas 3 SMK. Tak lama setelah saya lulus SMK saya libur panjang sampai masuk kuliah. Rencana saya saat lulus SMK ini ingin melakukan operasi. Karena saya juga tidak merasa nyaman dengan penyakit yang saya derita 1 tahun lamanya untuk masuk kuliah nanti. Karena saya mengambil jurusan kesehatan saat kuliah nanti. Saya mau saya cukup bersih dari penyakit dan sehat.
          Kali ini untuk yang kedua kalinya saya mengunjungi dokter BPJS saya untuk meminta surat rujukan. Kunjungan kedua alhamdulillah saya mendapatkan surat rujukan tersebut. Dokter BPJS merujuk saya ke tiga rumah sakit besar di Samarinda. RS Dirgahayu, RS Islam dan RS SMC. Saya dan keluarga sepakat memilih RS SMC.
          Hari pertama setelah mendapat surat rujukan, saya dan ayah saya mendaftar rawat inap ke rumah sakit. Karena saya BPJS, saya mengambil antrian kartu khusus untuk pasien pengguna BPJS. Tak lama kemudian nomor antrian saya di panggil. Karena tidak diberi tahu sebelumnya tentang isi berkas jadi saya dan ayah saya melupakan akta kelahiran yang seharusnya menjadi salah satu berkas untuk mendaftar BPJS di RS SMC. Tapi setelah itu pihak rumah sakit memberi toleransi. Untung saja.
          Setelah mendaftar dan mendapatkan semua berkas untuk kelengkapan operasi, saya dan ayah berlanjut ke poliklinik untuk tahap selanjutnya. Di Poli saya di tensi oleh suster rumah sakit. Lalu menunggu antrian lagi untuk bertemu dokter poli bedah. Setelah sekian lama mengantri akhirnya suster memanggil nama saya untuk masuk kedalam ruangan dokter. Didalam sana, payudara saya diperiksa oleh suster.
         
         
          8 agustus 2016, sudah fix saya akan menjalani operasi pengangkatan tumor payudara di rumah sakit umum samarinda medika citra, cukup satu hari saya mengurus semua operasi ini kepada poli bedah. Sebenarnya waktu itu operasi akan dilakukan hari sabtu tanggal 6 agustus 2016, hari sabtu adalah hari dimana saya sudah selesai mengurus berkas, walaupun saya siap melakukan operasi, tapi bagi saya dengan melakukan semua step daftar untuk dioperasi dan langsung dioperasi adalah hal yang sangat mendadak, dan saya tidak sama sekali menyukai dengan semua hal yang dilakukan secara mendadak.
          Sabtu malam berlalu, minggu malam berlalu, senin pagi tiba. Jam 8 pagi sudah siap untuk berangkat ke Rumah Sakit. Sampai disana ayah masih mengurus keperluan seperti kamar rawat inap, dan penunjang lainnya apa apa saja yang harus diurus untuk pasien rawat inap.
          Sekitar jam 9pagi, saya belum juga memasuki kamar. Karena ada kendala dengan kamar rawat inap nya. BPJS saya diletakkan di kamar kelas 1 yaitu berisi 2 orang. Tapi saat konsultasi masalah kamar dengan pihak rumah sakit, kamar kelas 1 sudah penuh dan hanya tersisa kelas 2 dan kelas 3. Tapi masih sangat disayangkan lagi, saat saya dan keluarga ingin mengambil kamar kelas 2, tiba tiba salah seorang pasien juga datang duduk disebelah ayah saya dan langsung mengambil kamar kelas 2, dan kamar kelas 2 saat itu ternyata hanya kosong untuk satu orang. Sayang sekali, kami terlambat untuk membooking kamar tersebut karena masih bingung dan masih tetap ingin dirawat di kamar kelas 1.
          Jam 10 siang, saya bergegas makan, karena jam 11 saya sudah mulai puasa untuk persiapan operasi jam 3 sore. Setelah makan dan belum juga mendapatkan kamar, saya kembali ke rumah sakit, karena kami makan siang diluar. Setelah sampai dirumah sakit, ternyata teman-teman saya sudah menunggu di rumah sakit, padahal saya belum masuk ruangan. Terimakasih teman SMK saya. Sifa, Krisna, Susi, dan Aurora.
          Keempat teman saya menunggu saya dan mencoba menguatkan diri saya agar kuat dan siap matang menjalankan operasi. Saya sangat berterimakasih dengan kedatangan keempat teman smk saya sebelum saya operasi. Karena itu juga termasuk penguat dan penyemangat saya. Belum memasuki kamar, keempat teman smk saya pamit pulang karena ada hal yang ingin mereka kerjakan diluar sana.
          Sekitar jam 1 siang, saya baru bisa masuk kamar rawat inap. Setelah banyak nya proses yang dilewati, saya dan ayah saya akhirnya memutuskan untuk mengambil kamar VIP nomor 302. Senang dan lega rasanya akhirnya bisa masuk kamar rawat inap dan beristirahat.
          Sembari menunggu jam 3 sore, tiba-tiba perawat datang keruangan dan memberi tahukan bahwa operasi akan diundur menjadi jam 5 sore. Oke tidak masalah. Tapi saya merasa drop kembali, tak lama saya masuk kamar inap, teman SMP saya datang mengetuk pintu kamar dan surprise. Mereka bilang akan datang jam 3 sore, jam dimana saya akan melakukan operasi. Tapi? Tiba tiba sekitar jam 4sore mereka datang. Lagi-lagi mereka berdoa dan menguatkan saya, dan memberikan semangat agar jangan takut melakukan operasi. Mereka menggenggam tangan saya dan memeluk saya, saya kembali merasa baik-baik saja.
          Tak lama perawat datang untuk pemasangan infus. Masih bersama teman-temanku, mereka menyaksikan tangan saya ditusuk-tusuk jarum, mereka berdoa, mereka menguatkan lagi, walaupun rasanya sebenarnya sakit, tapi saya mau tahan tangis, karena teman-teman saya sudah menguatkan saya, saya tidak boleh membuat mereka kecewa karena sudah datang jauh-jauh kerumah sakit, saat itu saya harus kuat.
          Setelah pemasangan infus, saya dibawa ke ruang operasi. Keluarga saya iku mengantarkan saya keruang operasi lantai 2, sedangkan kamar saya ada dilantai 3. Semua teman-teman juga ikut mengantarkan saya ke ruang operasi. Karena saya dibawa menggunakan fasilitas lift, saya menangis sejadi-jadinya, karena semua teman-teman saya turun keruang operasi melalui anak tangga. Saya tidak mau menangis kencang dihadapan mereka, nanti mereka kecewa.
          Didalam lift, saya bertanya kepada suster “sus, tapi setelah operasi saya akan bangun lagi kan?” derai airmata keluarga tumpah setelah mendengar pertanyaan saya kepada suster rumah sakit di dalam lift, walaupun saya tidak melihat, saya tahu, orangtua saya menangis dalam diam.
          Tiba sudah saya dilantai 2 ruang operasi. Teman-teman sudah menunggu didepan pintu ruang operasi, saya benar-benar ingin menangis, mereka mengantarkan saya keruang operasi. Walaupun yahh itu memang tidak seberapa dibanding ayah yang dari awal menemani proses operasiku. Tapi saya benar-benar sayang terhadap teman-teman, saya terharu dan ingin menangis. Saya masuk kedalam ruang tunggu operasi. Teman-teman masih duduk diluar ruang tunggu operasi. Jam 5 sudah berlalu, saya mendengar teman-teman pamit izin pulang dengan ayah diluar. Tidak masalah, saya sudah sangat kuat dan saya memang harus kuat.
          Didalam ruang tunggu operasi, saya ditemani ibu saya. Didalam, perawat memberikan saya baju operasi, dan ibu membantu saya mengantikan baju saya dengan baju operasi. Saya berbaring dan menunggu antrian pasien yang sedang dioperasi. Sampai jam 6 pun saya tidak juga masuk dalam ruang operasi. Tak lama keluarga saya berdatangan, saya mendengar suara mereka dari dalam. Lalu saya menyuruh ibu untuk bergantian menjagaku diruang tunggu operasi.
          Pertama, kiki atau sepupu jauh saya datang kedalam ruang tunggu operasi. Kiki dari tenggarong langsung datang ke rumah sakit. Untung saja kiki masih sempat berbicara denganku karena saya belum masuk keruang operasi. Kami berdua mengobrol, kiki bilang “gapapa kok”.
Tak lama tante saya masuk kedalam ruang tunggu operasi juga. Saya semakin kuat dan semakin ingin masuk ruang operasi agar semua cepat selesai. Tante saya sudah lebih berpengalaman saat dioperasi. Karena tante saya sudah 2x melakukan operasi. Jadi tante menguatkan diri saya untuk tidak takut melakukan operasi, operasi itu tidak papa ujar tante. Asal kamu kuat, berdoa maka semua akan berjalan dengan lancar.
Sekarang waktunya saya masuk kedalam ruang operasi, sebelumnya kiki dan tante saya bergantian untuk keluar dan ibu saya masuk kedalam ruang operasi. Kata dokter, saya dipersilakan jalan saja kedalam ruang operasi, sampai disana saya diperintahkan untuk berbaring, dokter melontarkan pertanyaan kepada saya sembari menyuntikan cairan bius diinfusan saya. Saya tidak ingat selanjutnya apa yang saya lakukan, sepertinya saya sudah tertidur dan tidak sadarkan diri lagi. Dokter pasti sudah memulai operasinya.
Akhirnya operasi berjalan dengan lancar, saya pun sudah sadarkan diri. Ada banyak dokter dibalik layar ruang operasi, karena setelah dioperasi, pasien dibawa kebalik layar ruang operasi, saya diberi selang oksigen. Setelah itu perawat mendorong saya keluar, keruang tunggu operasi ditempat sebelumnya.
Baru sampai keruang tunggu, tiba-tiba pintu terbuka dan lagi-lagi melihat wajah teman-temanku. Saya sangat senang dan langsung bercerita kepada teman saya bahwa operasi itu tidak mengerikan, saya berani dan saya kuat. Setelah itu perawat membawa saya dan mendorong tempat tidur saya untuk kembali ke kamar. Diiringi semua teman dan keluarga. Saya sangat senang, karena saya tidak sendiri.
Sampai dikamar, saya istirahat, dan tidak lama kemudian teman-teman kembali berdatangan, sangat banyak dan kamar menjadi penuh, tapi saya sangat senang sudah dijenguk, saya merasa diperdulikan dengan semua teman-teman. Terimakasih.
Setelah semua pembesuk telah pulang, ayah saya menyuruh saya istirahatkan dan tidur, karena jam tepat jam 12 malam, suster akan memberikan suntikan anti nyeri pada infusan saya. Saat jam 12 teng, suster datang dan membangunkan saya. Saya terbangun dan suster memberikan saya cairan anti nyeri tersebut. Pantas saja sebelum itu saat saya merasa tidur setenagh sadar, saya sudah merasakan nyeri dipayudara yang luar biasa bekas jahitan operasi beberapa jam yang lalu.
Setelah suster memberikan saya cairan anti nyeri, suster menyuruh saya untuk tidur dan beristirahat, besok pagi jangan lupa bangun dan sarapan pagi, juga perbanyak makan buah. Lalu saya tertidur pulas dan bangun dipagi hari.
Keesokan harinya, masih di Rumah Sakit Umum SMC, jam 7 pagi, saya kedatangan sahabat-sahabat saya lagi. Senang rasanya mereka membawa makana favorite saya. Saya langsung menyuruh teman-teman untuk makan bersama di tempat tidur pasien bersama dengan saya. Walaupun saya sangat susah untuk duduk karena nyeri yang luar biasa masih terasa di payudara sebelah kanan saya.
Setelah selesai makan, saya mengganti pakaian. Yang awalnya memakai pakaian pasien operasi dengan tali ikat dibelakang berwarna hijau, saya ganti dengan baju tidur kesayangan saya. Saya menganggti pakaian dibantu oleh teman-teman saya. Saya sangat senang dan rasa nyeri tiba-tiba bisa saya tahan karena sambil bergurau dengan mereka.
Tak lama kemudia, semua dokter yang kemarin membedah saya datang keruangan saya untuk melihat kondisi saya apakah saya baik-baik saja?. dokter datang dan bertanya bagaimana kondisi saya?, saya menjawab, masih terasa nyeri hehehe.
Setelah dokter memeriksa, dokter keluar dari ruangan dan berpesan untuk cekup ulang minggu depan. Saat itu dokter bilang saya tidak diperbolehkan mandi dulu, jadi saya mendapat handuk kecil atau towel dari Rumah Sakit untuk seka dirumah.
Minggu depan hari sabtu telah tiba. Saya kembali ke Rumah Sakit Umum SMC untuk cekup ulang, disana saya...

>>