1 Year
with FIBROADENOMA MAMMAE
Real story from
Mely Ang :)
PART I
Bercerita tentang
apa yang saya lakukan.
Saat saya
mengalami apa yang saya derita.
Bercerita secara
detail apa yang saya rasakan.
Silahkan dibaca
baik-baik.
Pengalaman
pertama saya dirawat inap di Rumah Sakit.
Dengan penyakit
yang menurut saya, jika dialami diusia remaja, itu sangat mengerikan.
Terimakasih sudah
membaca, saya harap menunggu part II.
Sudah
satu tahun saya mengidap penyakit yang jika di biarkan akan berbahaya. Awalnya
tidak sama sekali tahu dan merasakan tanda-tanda nya, tapi lama kemudian
perasaan yang mulai tidak enak dan luntang-lantung ini membawa saya tidak
menyepelekan hal yang seserius ini.
Payudara
saya terdapat benjolan disebelah kanan sebesar 1,5 cm saat pemeriksaan tanggal
05-08-2015. Sebelum tanggal tersebut saya sudah merasakan hal aneh pada payudara
saya. Nyeri yang tidak wajar itu selalu timbul kapan pun ia mau, tidak
selayaknya seperti nyeri ketika masa haid. Nyeri yang saya rasakan di payudara
saya bisa terjadi kapan saja.
Jujur,
awalnya saya menyepelekan hal tersebut. Saat payudara saya terdapat rasa nyeri
saya selalu menganggap itu wajar, mungkin membesar atau mengencang dan itu benar-benar
wajar. Tapi lama kemudia, mungkin saya yang terlalu over menanggapi hal ini,
saya berfikir bahwa apakah ini tanda-tanda kanker payudara. Karena yang saya
tahu, payudara identik dengan penyakit yang disebut dengan kanker.
Dengan
berani saya browsing dan mendiagnosa penyakit saya sendiri. searching di
internet dengan kata kunci “penyebab payudara nyeri”. Begitu banyak hasil yang
dikeluarkan oleh internet ini. Saya baca satu situs dimana ia menjelaskan
tentang payudara. Awalnya dijelaskan, bahwa rasa nyeri dipayudara itu sangatlah
wajar dan bisa saja itu pertanda datangnya masa haid. Saya lega membaca kutipan
dari situs tersebut.
Lalu saya
membaca situs lain. disana tertulis bahwa rasa nyeri adalah tanda-tanda kanker
payudara. Lalu juga ada yang menjelaskan bahwa rasa nyeri adalah tanda-tanda
tumbuhnya tumor. Situs itu juga menyebutkan ciri-ciri kanker dan tumor
payudara. Salah satu yang paling umum adalah tumbuhnya benjolan pada payudara.
Saya
terus bermain dengan internet dan mendiagnosa penyakit saya sendiri, dengan
rasa khawatir dan ketakutan yang luar biasa. Akhirnya saya menemukan situs yang
menjelaskan bagaimana memeriksa payudara, apakah terdapat benjolan apa tidak?
Lalu saya lakukan setelah mandi. Ternyata saya menemukan sebuah benjolan kecil
di payudara sebelah kanan saya. Benjolan itu terdapat didalam. Dan lagi-lagi,
saya menyepelekan hal ini. Saya tidak tahu apa tujuan yang saya harus buat?
Saya khawatir dan ketakutan tetapi malah menyepelekan hal yang seserius ini.
“Terkadang menangis, apakah aku akan hidup
lama? Aku tidak ingin meninggalkan dunia ini lebih cepat. Aku masih ingin
sukses dengan profesi yang aku tekuni dan membuat orangtuaku bangga.”
Pertama
kali cek up ke dokter umum tidak jauh dari rumah saya, saat itu akhir-akhir
saya menyelesaikan PKL tugas sekolah di butik. Sepulang PKL saya meminta Ayah
saya membawa saya ke dokter. Sampai di dokter, dokter memeriksa payudara saya
dan mendiagnosa penyakit saya dihadapan saya dan Ayah saya. Dokter perempuan
itu mengatakan bahwa saya memiliki tumor di payudara sebelah kanan. Setelah
mengetahui penyakit yang saya derita, saya diberi obat anti nyeri dan penambah
darah oleh dokter perempuan tadi.
Belum
puas dengan hasil dokter pertama, saya dibawa oleh tante saya ke dokter
laki-laki, tante bilang dokter yang satu ini sangat ahli dan ampuh. Siang hari
tante membuat janji dengan saya untuk pergi ke dokter. Saya mengirimkan surat
izin kepada guru pembimbing di tempat PKL saya.
Sampai
di dokter, mendaftar dan menunggu antrian akhirnya saya masuk kedalam ruangan
dokter itu dan konsultasi penyakit yang saya derita. Lalu dokter memeriksa
payudara saya. Kata dokter laki-laki tersebut ini memang tumor payudara,
besarnya melebihi 1cm. Lalu dokter merekomendasikan saya ke laboratorium untuk
tahu lebih jelas tentang benjolan yang terdapat di payudara saya. Dokter tersebut
memberikan semacam surat rujukan (mungkin) kepada dokter yang akan menganalisa
benjolan saya.
Lanjut,
saya dan tante saya bergegas ke klinik tersebut untuk mengetahui lebih jelas
benjolan yang saya miliki. Dengan membawa surat dari dokter kedua yang sebelumnya
saya konsultasi. Lama menunggu dokter ketiga di klinik, karena dokter belum
datang. Saya mendaftar dan cek ulang persyaratan yang harus di bawa berulang
kali sampai menunggu dokter datang.
Tak
lama, dokter dikabarkan datang. Saya langsung dibawa ke ruangan dokter
tersebut. Didalam sana saya menceritakan semua tentang penyakit saya kepada
dokter ketiga saya. Lalu dokter tersebut menyuruh saya berbaring untuk
mengambil cairan benjolan yang ada didalam payudara saya. Saya begitu kaget
melihat suntikan yang sangat besar, itu bukan suntikan yang kecil, tapi besar
sekali. Dokter menyuntik payudara saya dan mengambil cairannya. Setelah
selesai, cairan tersebut dibawa ke laboratorium klinik tersebut.
Lumayan
lama tante dan saya menunggu hasil lab tersebut, saya mulai layu seperti mau
pingsan diruang tunggu karena saya ketakutan. Saya berbaring diruang tunggu
sembari menunggu hasil lab itu datang. Dan tak lama hasil lab dikabarkan sudah
selesai, tak sabar melihat hasilnya. Lalu dokter ketiga memberikan selembar
kertas hasil lab tersebut dan kami melunasi administrasi.
Lalu
saya kembali ke dokter kedua yang merekomendasikan saya ke dokter ketiga dengan
membawa hasil lab yang sudah diperiksa dokter ketiga. Lalu dokter tersebut
menjelaskan bahwa tumor yang ada di payudara sebelah kanan saya tidak ganas,
tetapi ditahun-tahun berikut nya jangan sepelekan benjolan ini, karena
sewaktu-waktu benjolan ini bisa ditemukan keganasan. Dokter memberi pilihan,
tumor ini ingin diangkat atau tidak, karena memang saat ini tumor itu masih
jinak. Doter bilang saya bisa kapan saja mengangkat benjolan ini, entah tahun
ini, tahun depan, atau depannya lagi. Asalkan saya siap dan tumor ini masi
dikatakan jinak. Tapi dokter tidak tahu ditahun kapan tumor ini bisa menjadi
ganas.
berbulan-bulan
saya masi hidup dengan tumor jinak di payudara kanan saya, sampai pada akhirnya
saya siap dan berani melakukan operasi. Pertama-tama ditahun 2016 Ayah saya
mengurus BPJS dan Asuransi untuk meringankan beban administrasi untuk operasi
saya nanti.
Agak
lama, akhirnya saya mendapatkan dokter BPJS yang akan merujuk saya ke Rumah
sakit untuk dibedah. Untuk pertama kalinya saya pergi ke dokter BPJS tersebut,
bertemu langsung dan membicarakan tentang operasi saya. Tapi saya rasa ini
adalah kendala dan saya benar-benar emosi untuk konsultasi pada dokter yang
satu ini. Entah kenapa, setiap kali saya pergi ke dokter, semua dokter yang
saya percaya untuk mengobati saya terlihat ramah, tapi untuk dokter BPJS yang
satu ini bukannya tidak ramah, tapi saya merasa tidak cocok saja bercerita
masalah penyakit saya kepada dokter tersebut.
Pertama
kali ke dokter BPJS saya tidak diberi rujukan ke rumah sakit, padahal saya
sudah matang ingin melakukan operasi, dan keadaan saat itu selagi saya sedang
libur sekolah. tidak tahu kenapa, dokter BPJS tersebut berkata untuk menunggu
tumor sampai membesar lalu melakukan operasi. Karena dokter tersebut bilang
kalau tumor nya masih kecil, dokter bedah akan kesulitan dan takut nya salah
mengambil, yang mana tumor dan yang mana isi payudara didalamnya, ia katakan
sulit membedakan.
Baiklah,
kunjungan pertama ke dokter BPJS cukup menegangkan, dan yang awal tujuannya
ingin meminta surat rujukan ke rumah sakit malah tidak dapat. Akhirnya saya dan
keluarga memutuskan untuk mengikuti saran dokter BPJS, untuk menunggu sampai
tumor membesar.
Lagi-lagi
saya menjalani aktivitas sehari-hari dengan si tumor jinak yang menempel di
payudara kanan saya. Saat itu saya kelas 3 SMK. Tak lama setelah saya lulus SMK
saya libur panjang sampai masuk kuliah. Rencana saya saat lulus SMK ini ingin
melakukan operasi. Karena saya juga tidak merasa nyaman dengan penyakit yang
saya derita 1 tahun lamanya untuk masuk kuliah nanti. Karena saya mengambil
jurusan kesehatan saat kuliah nanti. Saya mau saya cukup bersih dari penyakit
dan sehat.
Kali
ini untuk yang kedua kalinya saya mengunjungi dokter BPJS saya untuk meminta
surat rujukan. Kunjungan kedua alhamdulillah saya mendapatkan surat rujukan
tersebut. Dokter BPJS merujuk saya ke tiga rumah sakit besar di Samarinda. RS
Dirgahayu, RS Islam dan RS SMC. Saya dan keluarga sepakat memilih RS SMC.
Hari
pertama setelah mendapat surat rujukan, saya dan ayah saya mendaftar rawat inap
ke rumah sakit. Karena saya BPJS, saya mengambil antrian kartu khusus untuk
pasien pengguna BPJS. Tak lama kemudian nomor antrian saya di panggil. Karena
tidak diberi tahu sebelumnya tentang isi berkas jadi saya dan ayah saya
melupakan akta kelahiran yang seharusnya menjadi salah satu berkas untuk
mendaftar BPJS di RS SMC. Tapi setelah itu pihak rumah sakit memberi toleransi.
Untung saja.
Setelah
mendaftar dan mendapatkan semua berkas untuk kelengkapan operasi, saya dan ayah
berlanjut ke poliklinik untuk tahap selanjutnya. Di Poli saya di tensi oleh
suster rumah sakit. Lalu menunggu antrian lagi untuk bertemu dokter poli bedah.
Setelah sekian lama mengantri akhirnya suster memanggil nama saya untuk masuk
kedalam ruangan dokter. Didalam sana, payudara saya diperiksa oleh suster.
8
agustus 2016, sudah fix saya akan menjalani operasi pengangkatan tumor payudara
di rumah sakit umum samarinda medika citra, cukup satu hari saya mengurus semua
operasi ini kepada poli bedah. Sebenarnya waktu itu operasi akan dilakukan hari
sabtu tanggal 6 agustus 2016, hari sabtu adalah hari dimana saya sudah selesai
mengurus berkas, walaupun saya siap melakukan operasi, tapi bagi saya dengan
melakukan semua step daftar untuk dioperasi dan langsung dioperasi adalah hal
yang sangat mendadak, dan saya tidak sama sekali menyukai dengan semua hal yang
dilakukan secara mendadak.
Sabtu
malam berlalu, minggu malam berlalu, senin pagi tiba. Jam 8 pagi sudah siap
untuk berangkat ke Rumah Sakit. Sampai disana ayah masih mengurus keperluan
seperti kamar rawat inap, dan penunjang lainnya apa apa saja yang harus diurus
untuk pasien rawat inap.
Sekitar
jam 9pagi, saya belum juga memasuki kamar. Karena ada kendala dengan kamar
rawat inap nya. BPJS saya diletakkan di kamar kelas 1 yaitu berisi 2 orang.
Tapi saat konsultasi masalah kamar dengan pihak rumah sakit, kamar kelas 1
sudah penuh dan hanya tersisa kelas 2 dan kelas 3. Tapi masih sangat
disayangkan lagi, saat saya dan keluarga ingin mengambil kamar kelas 2, tiba
tiba salah seorang pasien juga datang duduk disebelah ayah saya dan langsung
mengambil kamar kelas 2, dan kamar kelas 2 saat itu ternyata hanya kosong untuk
satu orang. Sayang sekali, kami terlambat untuk membooking kamar tersebut
karena masih bingung dan masih tetap ingin dirawat di kamar kelas 1.
Jam
10 siang, saya bergegas makan, karena jam 11 saya sudah mulai puasa untuk
persiapan operasi jam 3 sore. Setelah makan dan belum juga mendapatkan kamar,
saya kembali ke rumah sakit, karena kami makan siang diluar. Setelah sampai
dirumah sakit, ternyata teman-teman saya sudah menunggu di rumah sakit, padahal
saya belum masuk ruangan. Terimakasih teman SMK saya. Sifa, Krisna, Susi, dan
Aurora.
Keempat
teman saya menunggu saya dan mencoba menguatkan diri saya agar kuat dan siap
matang menjalankan operasi. Saya sangat berterimakasih dengan kedatangan
keempat teman smk saya sebelum saya operasi. Karena itu juga termasuk penguat
dan penyemangat saya. Belum memasuki kamar, keempat teman smk saya pamit pulang
karena ada hal yang ingin mereka kerjakan diluar sana.
Sekitar
jam 1 siang, saya baru bisa masuk kamar rawat inap. Setelah banyak nya proses
yang dilewati, saya dan ayah saya akhirnya memutuskan untuk mengambil kamar VIP
nomor 302. Senang dan lega rasanya akhirnya bisa masuk kamar rawat inap dan
beristirahat.
Sembari
menunggu jam 3 sore, tiba-tiba perawat datang keruangan dan memberi tahukan
bahwa operasi akan diundur menjadi jam 5 sore. Oke tidak masalah. Tapi saya
merasa drop kembali, tak lama saya masuk kamar inap, teman SMP saya datang
mengetuk pintu kamar dan surprise. Mereka bilang akan datang jam 3 sore, jam
dimana saya akan melakukan operasi. Tapi? Tiba tiba sekitar jam 4sore mereka
datang. Lagi-lagi mereka berdoa dan menguatkan saya, dan memberikan semangat
agar jangan takut melakukan operasi. Mereka menggenggam tangan saya dan memeluk
saya, saya kembali merasa baik-baik saja.
Tak
lama perawat datang untuk pemasangan infus. Masih bersama teman-temanku, mereka
menyaksikan tangan saya ditusuk-tusuk jarum, mereka berdoa, mereka menguatkan
lagi, walaupun rasanya sebenarnya sakit, tapi saya mau tahan tangis, karena teman-teman
saya sudah menguatkan saya, saya tidak boleh membuat mereka kecewa karena sudah
datang jauh-jauh kerumah sakit, saat itu saya harus kuat.
Setelah
pemasangan infus, saya dibawa ke ruang operasi. Keluarga saya iku mengantarkan
saya keruang operasi lantai 2, sedangkan kamar saya ada dilantai 3. Semua
teman-teman juga ikut mengantarkan saya ke ruang operasi. Karena saya dibawa
menggunakan fasilitas lift, saya menangis sejadi-jadinya, karena semua
teman-teman saya turun keruang operasi melalui anak tangga. Saya tidak mau
menangis kencang dihadapan mereka, nanti mereka kecewa.
Didalam
lift, saya bertanya kepada suster “sus, tapi setelah operasi saya akan bangun
lagi kan?” derai airmata keluarga tumpah setelah mendengar pertanyaan saya
kepada suster rumah sakit di dalam lift, walaupun saya tidak melihat, saya
tahu, orangtua saya menangis dalam diam.
Tiba
sudah saya dilantai 2 ruang operasi. Teman-teman sudah menunggu didepan pintu
ruang operasi, saya benar-benar ingin menangis, mereka mengantarkan saya
keruang operasi. Walaupun yahh itu memang tidak seberapa dibanding ayah yang
dari awal menemani proses operasiku. Tapi saya benar-benar sayang terhadap
teman-teman, saya terharu dan ingin menangis. Saya masuk kedalam ruang tunggu
operasi. Teman-teman masih duduk diluar ruang tunggu operasi. Jam 5 sudah
berlalu, saya mendengar teman-teman pamit izin pulang dengan ayah diluar. Tidak
masalah, saya sudah sangat kuat dan saya memang harus kuat.
Didalam
ruang tunggu operasi, saya ditemani ibu saya. Didalam, perawat memberikan saya
baju operasi, dan ibu membantu saya mengantikan baju saya dengan baju operasi.
Saya berbaring dan menunggu antrian pasien yang sedang dioperasi. Sampai jam 6
pun saya tidak juga masuk dalam ruang operasi. Tak lama keluarga saya berdatangan,
saya mendengar suara mereka dari dalam. Lalu saya menyuruh ibu untuk bergantian
menjagaku diruang tunggu operasi.
Pertama,
kiki atau sepupu jauh saya datang kedalam ruang tunggu operasi. Kiki dari
tenggarong langsung datang ke rumah sakit. Untung saja kiki masih sempat
berbicara denganku karena saya belum masuk keruang operasi. Kami berdua
mengobrol, kiki bilang “gapapa kok”.
Tak lama
tante saya masuk kedalam ruang tunggu operasi juga. Saya semakin kuat dan
semakin ingin masuk ruang operasi agar semua cepat selesai. Tante saya sudah
lebih berpengalaman saat dioperasi. Karena tante saya sudah 2x melakukan
operasi. Jadi tante menguatkan diri saya untuk tidak takut melakukan operasi,
operasi itu tidak papa ujar tante. Asal kamu kuat, berdoa maka semua akan
berjalan dengan lancar.
Sekarang
waktunya saya masuk kedalam ruang operasi, sebelumnya kiki dan tante saya
bergantian untuk keluar dan ibu saya masuk kedalam ruang operasi. Kata dokter,
saya dipersilakan jalan saja kedalam ruang operasi, sampai disana saya
diperintahkan untuk berbaring, dokter melontarkan pertanyaan kepada saya
sembari menyuntikan cairan bius diinfusan saya. Saya tidak ingat selanjutnya
apa yang saya lakukan, sepertinya saya sudah tertidur dan tidak sadarkan diri
lagi. Dokter pasti sudah memulai operasinya.
Akhirnya
operasi berjalan dengan lancar, saya pun sudah sadarkan diri. Ada banyak dokter
dibalik layar ruang operasi, karena setelah dioperasi, pasien dibawa kebalik
layar ruang operasi, saya diberi selang oksigen. Setelah itu perawat mendorong
saya keluar, keruang tunggu operasi ditempat sebelumnya.
Baru
sampai keruang tunggu, tiba-tiba pintu terbuka dan lagi-lagi melihat wajah
teman-temanku. Saya sangat senang dan langsung bercerita kepada teman saya
bahwa operasi itu tidak mengerikan, saya berani dan saya kuat. Setelah itu
perawat membawa saya dan mendorong tempat tidur saya untuk kembali ke kamar.
Diiringi semua teman dan keluarga. Saya sangat senang, karena saya tidak
sendiri.
Sampai
dikamar, saya istirahat, dan tidak lama kemudian teman-teman kembali
berdatangan, sangat banyak dan kamar menjadi penuh, tapi saya sangat senang
sudah dijenguk, saya merasa diperdulikan dengan semua teman-teman. Terimakasih.
Setelah
semua pembesuk telah pulang, ayah saya menyuruh saya istirahatkan dan tidur,
karena jam tepat jam 12 malam, suster akan memberikan suntikan anti nyeri pada
infusan saya. Saat jam 12 teng, suster datang dan membangunkan saya. Saya
terbangun dan suster memberikan saya cairan anti nyeri tersebut. Pantas saja
sebelum itu saat saya merasa tidur setenagh sadar, saya sudah merasakan nyeri
dipayudara yang luar biasa bekas jahitan operasi beberapa jam yang lalu.
Setelah
suster memberikan saya cairan anti nyeri, suster menyuruh saya untuk tidur dan
beristirahat, besok pagi jangan lupa bangun dan sarapan pagi, juga perbanyak
makan buah. Lalu saya tertidur pulas dan bangun dipagi hari.
Keesokan
harinya, masih di Rumah Sakit Umum SMC, jam 7 pagi, saya kedatangan
sahabat-sahabat saya lagi. Senang rasanya mereka membawa makana favorite saya.
Saya langsung menyuruh teman-teman untuk makan bersama di tempat tidur pasien
bersama dengan saya. Walaupun saya sangat susah untuk duduk karena nyeri yang
luar biasa masih terasa di payudara sebelah kanan saya.
Setelah
selesai makan, saya mengganti pakaian. Yang awalnya memakai pakaian pasien
operasi dengan tali ikat dibelakang berwarna hijau, saya ganti dengan baju
tidur kesayangan saya. Saya menganggti pakaian dibantu oleh teman-teman saya.
Saya sangat senang dan rasa nyeri tiba-tiba bisa saya tahan karena sambil
bergurau dengan mereka.
Tak lama
kemudia, semua dokter yang kemarin membedah saya datang keruangan saya untuk
melihat kondisi saya apakah saya baik-baik saja?. dokter datang dan bertanya
bagaimana kondisi saya?, saya menjawab, masih terasa nyeri hehehe.
Setelah
dokter memeriksa, dokter keluar dari ruangan dan berpesan untuk cekup ulang
minggu depan. Saat itu dokter bilang saya tidak diperbolehkan mandi dulu, jadi
saya mendapat handuk kecil atau towel dari Rumah Sakit untuk seka dirumah.
Minggu
depan hari sabtu telah tiba. Saya kembali ke Rumah Sakit Umum SMC untuk cekup
ulang, disana saya...
>>