Bagaimana jika kamu menjadi
anak pertama?
By : Mely
Ang
Disuatu kota
tempat diriku dilahirkan dari rahim ibu kandungku, telah dilahirkan seorang
anak berjenis kelamin perempuan pada tanggal 27 bulan mei tahun 1999.
Kegembiraan menyelimuti seluruh keluarga kecilku, baik dari keluarga Ayahku
maupun Ibuku. Mereka sangat bergembira, tak lain dan tak bukan aku lahir
kedunia sebagai cucu pertama dari mbahku (sebutan untuk ibu dari ibuku), dan
aku juga terlahir sebagai satu satunya cucu perempuan dari nenekku (sebutan
untuk ibu dari ayahku). Aku rasa aku sangat special saat itu. Aku merasa diriku
lah yang nantinya akan paling disayang oleh semua keluargaku, aku yakin. Sampai
saat nya aku sudah mempunyai banyak sepupu. Semakin bungsu sepupuku semakin
disayang lah mereka dengan para keluargaku.
Aku belum
merasa puas mendapat kasih sayang, meskipun aku selalu dibelikan boneka,
mainan, dan baju yang cantik. Mungkin menurut mereka ini sudah cukup, karena
aku masih terlalu kecil aku belum terlalu paham arti makna kasih sayang. Tahun
tahun berikutnya terlahirlah seorang anak laki-laki pada bulan desember, yang
tak lain dan tak bukan ia adalah adikku sendiri. Aku merasa ada yang
menjanggal, aku sempat memikirkan sesuatu. Sepupuku lahir saja aku sudah merasa
tidak disayang apalagi adik kandung, aku pasti akan harus terus selalu
mengalah, dan akan selalu disalahkan walaupun sekalipun yang salah adalah adik
ku. Aku benar-benar tidak ingin semua itu terjadi.
Saat aku
masih anak-anak, saat aku masih belajar dan bermain di taman kanak-kanak, aku
selalu didampingi dan selalu ketat terjaga oleh mbah ku. Melihat teman-teman ku
yang lain yang diantar jemput dan didampingi oleh ibunya, hanya menatap mereka.
Mereka tampak menyayangi anaknya. Walaupun saat itu aku belum mengerti apa itu
kasih sayang, dan apa itu kesedihan. Ayah dan Ibu ku sibuk berkerja, dari kecil
aku sudah dititipkan oleh mbahku. Aku diberi makan, aku ditidurkan, aku di
sayang dan masih banyak lagi selayaknya anak sendiri. Dan juga ada banyak tante
ku yang mengajari ku membaca, menulis, sebelum aku masuk TK dan selalu memberiku
nasehat yang baik, dan mbah lanang ku yang selalu mendongengkan ku cerita
dikamarnya sampai pada saatnya mbah lanangku sudah meninggalkan ku untuk
selamanya.
Tahun sudah
memasuki untuk masuk sekolah dasar. Lagi-lagi saat SD aku didampingi mbahku, aku
diberikan ojek sepeda oleh ibunya teman ku, dan aku juga diojekkan oleh mbah
lanang ku sendiri semasa dia hidup. Aku benar-benar tidak pernah fullday
bersama kedua orangtua ku. Mereka hanya kerja kerja dan kerja. Yak aku tau
hasil pekerjaan mereka untuk kehidupan ku, yaaaa aku sangat paham dan aku tau
hal itu. Tapi entah mengapa bukannya aku merasa tidak bersyukur tapi aku juga
ingin bersama mereka, sampai akrab dan aku bisa menceritakan semua masalahku
dengan mereka, bukannya harus ku sembunyi-sembunyikan lalu curhat kepada teman
sebangku SD ku. Ini kah keluargaku? Seperti inikah keluargaku? Benarkah aku
hidup dikeluarga yang seperti ini? Setidaknya aku harus bersyukur.
Aku selalu
berada dirumah mbahku. Ibuku sedang mengandung bayi, tidak ada senang yang aku
rasakan mendapat kabar bahagia bahwa ibuku mengandung bayi, hanya pertanyaan
yang aku rasakan. Apakah aku akan disayang? Dibuang? Dititipkan? Apakah adikku
juga akan dititipkan sepertiku? Apakah ia akan lebih disayang daripada aku?
Jawabannya sangat mengejutkan. Ayo kita lihat perbedaannya. Saat aku lahir aku
disayang banyak orang, saat adikku lahir ia lebih disayang banyak orang karena
dia laki-laki. Ibuku berhenti berkerja saat adikku lahir sedangkan saat aku
lahir ibuku tetap berkerja. Saat adikku masuk TK yang mendampingi adalah ibuku,
aku? Mbahku. Saat adikku masuk SD ibuku selalu mengantar jemput nya dengan
sepeda motor dan selalu menuruti perintah adikku, sedangkan aku? Haha hanya
dititipkan dengan mbahku bahkan diojekan sepeda motor dengan ibunya temanku dan
mbah lanang ku. Baiklah, aku akan mencoba merasa ini adil. Aku rasa aku pantas
mendapatkannya karena aku adalah anak pertama.
Sama seperti
apa yang aku pikiran “aku sempat memikirkan sesuatu. Sepupuku lahir saja aku
sudah merasa tidak disayang apalagi adik kandung, aku pasti akan harus terus
selalu mengalah, dan akan selalu disalahkan walaupun sekalipun yang salah
adalah adik ku. Aku benar-benar tidak ingin semua itu terjadi.” Tapi itu semua
benar terjadi adanya.
Aku ingat
saat aku SMP kelas 2 aku sempat mengerjakan tugas dari Mr. Santos untuk
menuliskan siapa yang kamu benci dan siapa yang paling kamu sayang dalam bahasa
inggris?. i hate my mom, i love grandmother and bestie. Hanya itu yang aku
tuliskan. Mr. Santors terkejut dan menyatakan
bahwa diriku sedang broken home padahal aku tidak broken home. Sungguh tulisan
yang tidak aku pikirkan terlebih dulu saat menulisnya.
Sekarang
umurku sudah 16 tahun. Aku semakin mengerti dan paham akan kehidupanku saat
masih kecil. Aku seperti menyadari jika adikku lebih disayang dibanding aku
walaupun kenyataan nya pasti orangtua sudah berlaku adil. Meskipun menurutku
tidak. Tapi semakin beranjak dewasa aku telah mengerti bahwa tidak ada orangtua
yang tidak sayang kepada anaknya. Bagiku aku begitu terpuruk menjadikan aku
tambah dewasa. Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara, jelas aku harus
selalu mengalah kepada adikku. Yaa aku mengerti, terimakasih Ayah dan Ibu.
Anak pertama adalah anak yang paling dewasa
Yang
seharusnya mengajari
Dan
memberi contoh yang baik kepada adiknya .
Berbanggalah
menjadi anak pertama
Karena
hanya anak pertamalah
Yang
membuat orangtua mu bahagia
Setelah
melihat kau hadir pertama kali didunia .