Selasa, 25 Agustus 2015

Bagaimana jika kamu menjadi anak pertama? by : Mely Ang



 Bagaimana jika kamu menjadi anak pertama?

By : Mely Ang


             Disuatu kota tempat diriku dilahirkan dari rahim ibu kandungku, telah dilahirkan seorang anak berjenis kelamin perempuan pada tanggal 27 bulan mei tahun 1999. Kegembiraan menyelimuti seluruh keluarga kecilku, baik dari keluarga Ayahku maupun Ibuku. Mereka sangat bergembira, tak lain dan tak bukan aku lahir kedunia sebagai cucu pertama dari mbahku (sebutan untuk ibu dari ibuku), dan aku juga terlahir sebagai satu satunya cucu perempuan dari nenekku (sebutan untuk ibu dari ayahku). Aku rasa aku sangat special saat itu. Aku merasa diriku lah yang nantinya akan paling disayang oleh semua keluargaku, aku yakin. Sampai saat nya aku sudah mempunyai banyak sepupu. Semakin bungsu sepupuku semakin disayang lah mereka dengan para keluargaku.

            Aku belum merasa puas mendapat kasih sayang, meskipun aku selalu dibelikan boneka, mainan, dan baju yang cantik. Mungkin menurut mereka ini sudah cukup, karena aku masih terlalu kecil aku belum terlalu paham arti makna kasih sayang. Tahun tahun berikutnya terlahirlah seorang anak laki-laki pada bulan desember, yang tak lain dan tak bukan ia adalah adikku sendiri. Aku merasa ada yang menjanggal, aku sempat memikirkan sesuatu. Sepupuku lahir saja aku sudah merasa tidak disayang apalagi adik kandung, aku pasti akan harus terus selalu mengalah, dan akan selalu disalahkan walaupun sekalipun yang salah adalah adik ku. Aku benar-benar tidak ingin semua itu terjadi.

            Saat aku masih anak-anak, saat aku masih belajar dan bermain di taman kanak-kanak, aku selalu didampingi dan selalu ketat terjaga oleh mbah ku. Melihat teman-teman ku yang lain yang diantar jemput dan didampingi oleh ibunya, hanya menatap mereka. Mereka tampak menyayangi anaknya. Walaupun saat itu aku belum mengerti apa itu kasih sayang, dan apa itu kesedihan. Ayah dan Ibu ku sibuk berkerja, dari kecil aku sudah dititipkan oleh mbahku. Aku diberi makan, aku ditidurkan, aku di sayang dan masih banyak lagi selayaknya anak sendiri. Dan juga ada banyak tante ku yang mengajari ku membaca, menulis, sebelum aku masuk TK dan selalu memberiku nasehat yang baik, dan mbah lanang ku yang selalu mendongengkan ku cerita dikamarnya sampai pada saatnya mbah lanangku sudah meninggalkan ku untuk selamanya.

            Tahun sudah memasuki untuk masuk sekolah dasar. Lagi-lagi saat SD aku didampingi mbahku, aku diberikan ojek sepeda oleh ibunya teman ku, dan aku juga diojekkan oleh mbah lanang ku sendiri semasa dia hidup. Aku benar-benar tidak pernah fullday bersama kedua orangtua ku. Mereka hanya kerja kerja dan kerja. Yak aku tau hasil pekerjaan mereka untuk kehidupan ku, yaaaa aku sangat paham dan aku tau hal itu. Tapi entah mengapa bukannya aku merasa tidak bersyukur tapi aku juga ingin bersama mereka, sampai akrab dan aku bisa menceritakan semua masalahku dengan mereka, bukannya harus ku sembunyi-sembunyikan lalu curhat kepada teman sebangku SD ku. Ini kah keluargaku? Seperti inikah keluargaku? Benarkah aku hidup dikeluarga yang seperti ini? Setidaknya aku harus bersyukur.

            Aku selalu berada dirumah mbahku. Ibuku sedang mengandung bayi, tidak ada senang yang aku rasakan mendapat kabar bahagia bahwa ibuku mengandung bayi, hanya pertanyaan yang aku rasakan. Apakah aku akan disayang? Dibuang? Dititipkan? Apakah adikku juga akan dititipkan sepertiku? Apakah ia akan lebih disayang daripada aku? Jawabannya sangat mengejutkan. Ayo kita lihat perbedaannya. Saat aku lahir aku disayang banyak orang, saat adikku lahir ia lebih disayang banyak orang karena dia laki-laki. Ibuku berhenti berkerja saat adikku lahir sedangkan saat aku lahir ibuku tetap berkerja. Saat adikku masuk TK yang mendampingi adalah ibuku, aku? Mbahku. Saat adikku masuk SD ibuku selalu mengantar jemput nya dengan sepeda motor dan selalu menuruti perintah adikku, sedangkan aku? Haha hanya dititipkan dengan mbahku bahkan diojekan sepeda motor dengan ibunya temanku dan mbah lanang ku. Baiklah, aku akan mencoba merasa ini adil. Aku rasa aku pantas mendapatkannya karena aku adalah anak pertama.

            Sama seperti apa yang aku pikiran “aku sempat memikirkan sesuatu. Sepupuku lahir saja aku sudah merasa tidak disayang apalagi adik kandung, aku pasti akan harus terus selalu mengalah, dan akan selalu disalahkan walaupun sekalipun yang salah adalah adik ku. Aku benar-benar tidak ingin semua itu terjadi.” Tapi itu semua benar terjadi adanya.

            Aku ingat saat aku SMP kelas 2 aku sempat mengerjakan tugas dari Mr. Santos untuk menuliskan siapa yang kamu benci dan siapa yang paling kamu sayang dalam bahasa inggris?. i hate my mom, i love grandmother and bestie. Hanya itu yang aku tuliskan. Mr. Santors  terkejut dan menyatakan bahwa diriku sedang broken home padahal aku tidak broken home. Sungguh tulisan yang tidak aku pikirkan terlebih dulu saat menulisnya.

            Sekarang umurku sudah 16 tahun. Aku semakin mengerti dan paham akan kehidupanku saat masih kecil. Aku seperti menyadari jika adikku lebih disayang dibanding aku walaupun kenyataan nya pasti orangtua sudah berlaku adil. Meskipun menurutku tidak. Tapi semakin beranjak dewasa aku telah mengerti bahwa tidak ada orangtua yang tidak sayang kepada anaknya. Bagiku aku begitu terpuruk menjadikan aku tambah dewasa. Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara, jelas aku harus selalu mengalah kepada adikku. Yaa aku mengerti, terimakasih Ayah dan Ibu.

                        Anak pertama adalah anak yang paling dewasa
                        Yang seharusnya mengajari
                        Dan memberi contoh yang baik kepada adiknya .

                        Berbanggalah menjadi anak pertama
                        Karena hanya anak pertamalah
                        Yang membuat orangtua mu bahagia
                        Setelah melihat kau hadir pertama kali didunia .















Tidak ada komentar:

Posting Komentar